(lanjutan ..)
Tiba lah giliran kami untuk mengaji… akhirnya rasa canggung itu
hilang. Pak ustad yang baik hati menyambut kami sama seperti arif . malam itu kami lewati dengan tenang.
Hari selanjutnya… kami sudah mulai merasa nyaman … bisa belajar
dengan tenang di asrama putih, punya banyak teman baru, dan pengalamn baru.tapi
rasanya itu berlaku hanya bagi tiara , bagi ku tidak !!! ada yang mengusik ku ,
ya laki- laki tak ramah itu melihat ku kembali dan berucap “ cino..” . seperti
bisa aku hanya diam, buat ku semua orang sudah terbiasa memanggilku dengan
sebutan sipit atau pun cina, cino, dan sebagainya. Karena memang pada
kenyataannya aku di anugerahi wajah yang oriental oleh Tuhan Yang Maha Esa. Aku
hanya diam tak ada perlawanan meskipun sebenarnya dalam hati aku tak suka jika
dipanggil dengan nama nama tersebut. Untuk ku itu tidak adil terlalu
diskriminatif, kadang pernah aku berfikir apakah salah mempunyai mata sipit dan
kulit putih ? tapi sudah lah semua itu
bisa aku lewati… belajar di asram aputih
ini juga menyenangkan karena pak ustad adi sangat baik pada kami. Sabar
mengajari kami yang masih baru ini.
Cerita tentang lelaki tak ramah pun berlanjut, akirnya pada suatu
hari aku pun tau nama si tak ramah itu, namanya kak dika, temen- temen di kelas
memanggilnya kak dika, dia pun mengajar mengaji juga tapi aku tak pernah mau
datang ke mejanya untuk mengaji bersama orang tak ramah itu. Pada suatu ketika, aku terlamabat datang
keasrama,shalat berjamaah isha pun telah
di mulai ,aku berlari menuju masjid menyusul ketinggalan. Sialnya ada yang
menarik mukena ku ketika akan memasuki masjid, aku hampir terjatuh , kemudian
aku diam aku melihat nya dari belakang aku kenal sosok itu, dia lelaki tak
ramah itu. Aku menghela nafas langsung memasuki masjid .
Lagi dan lagi , hari itu dia tak seperti biasa dia tersenyum, lelaki
tak ramah itu tersenyum, pikr ku dalam hati. Tapi senyum itu hanya tipuan
bibirnya berucap “sipittt,,, “ sudah tertebak. Kejailan nya semakin hari
semakin menjadi. Dari mulai melempari ku dengan kapur tulis, kemudian penghapus
papan, dan terakhir sandal. Sampai –sampai pulang pun terpaksa tak memakai
alas. Pak usatd adi melihat ku telanjang kaki dia meminjam kan sandalnya pada
ku, pak adi memang baik hati. Malam itu rassanya aku muak, aku benci, aku
menangis kenapa? Beberapa hari aku tak masuk kelas karena sakit rupanya dia
mencari sosok ku.
Kisah terlarang pun di mulai,,,,,
Sore itu , menunggu adzan magrib aku berdiri di jendela pinggir
kelas sambil membaca buku yang ku bawa. Tiba-tiba lelaki tak ramah itu
melintasi ku, kali ini dia menghampiri, aku sudah pasang kuda- kuda untuk
menghindar. Tiba – tiba di berucap “sakit apa?” sambil menghampiri ku. Sekarang
dia berada di depan ku, rasanya tak salah untuk aku menjawab pertanyaannya. “
demam “ jawabku. “sekarang udh sembuh?” tanya dia lagi .. dari situ bergulir
banyak pertanyaan dan jawaban akhirnya kami
berbincang lama, entah kenapa sore itu aku merasa senang. Ternyata si
tak ramah itu baik juga pikirku.
Hari berikutnya pun sama dia mencari ku kembali, kami kembali
berbincang- bincang.dan ini awal dari sebuah masalah besar. Usia ku terlalu
belia untuk menyimpul itu sebuuah rasa “cinta”,hujan pun turun deras sore itu
dia menghampiriku, membawa payungg berwarna biru, sekarang dia tepat berdiri di
sampingku. umurku waktu itu 13 tahun kak dika 16 tahun, aku masih duduk di
bangku menengah pertama waktu itu. Terlau dinikah aku menyimpulkannya sebagai
rasa cinta.
Kak DIka nembak aku pada suatu hari . dia bilang dia sayang aku ?
kamu mau jadi pacarku ? itu lah kira-kira yang dia katakan. Rasanya nyaman
ketika bersama kak dika entah itu kah cinta ? msih terus bertanya. Dengan lugas
aku menjawab “ iya” … akhirnya kami resmi berpacaran.
To be continue....